Thursday, May 2, 2013

KESUKSESAN STRATEGI BISNIS “PIZZA HUT”

Pizza Hut adalah bisnis restoran franchise makanan internasional yang mengkhususkan pada pizza. Pizza merupakan makanan yang berasal dari Italia yang berbahan dasar roti yang berbentuk bulat datar dengan tambahan topping di atasnya. Dewasa ini, pizza sudah menyebar ke berbagai negara, sehingga setiap Negara mempunyai gaya atau ciri pizza tersendiri yang biasanya disesuaikan dengan selera rasa umum pada masyarakat setempat. Perusahaan Pizza Hut didirikan pada tanggal 15 Juni 1958 oleh dua pemuda bersaudara yaitu Dan Carney dan Frank Carney di Wichita, Kansas, USA. Tiga bulan setelah restoran tersebut didirikan, restoran tersebut telah menghasilkan pendapatan kotor sebesar US $700 sampai US $800 per minggu dan pada bulan Desember telah mencapai lebih dari US $1800 per minggu. Kesuksesan awal tersebut memberikan peluang kedua pendiri untuk membuka dua cabang restoran lagi. Kemudian pada tahun 1959 sistem waralaba (franchise) mulai dikembangkan dengan system Pure Franchising (Business Format Franchising) dimana pemberi waralaba (franchisor) memeberikan format lengkap mulai dari merek dagang barang dan jasa untuk dijual, perangkat manajemen, pengawasan mutu, jalur distribusi, dan pelayanan lainnya kepada pembeli waralaba (franchise). Sampai sekarang ini, Pizza Hut merupakan jaringan restoran pizza terbesar di dunia dengan hampir 12.000 restoran yang tersebar di 86 negara lebih di dunia. Hal ini disebabkan karena peluang pasar di bidang industri makanan cepat saji semacam pizza ternyata sangat terbuka luas. Terbukanya peluang ini disebabkan karena adanya pergeseran pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat perkotaan.
Kunci kesuksesan Pizza Hut dapat menembus pasar internasional merupakan hasil kerja keras yang didasari empat nilai budaya kerja yaitu integritas, keunggulan, pengembangan usaha dan keuntungan. Dalam membangun bisnisnya hingga mendunia Pizza Hut memiliki komitmen jangka panjang dalam mengembangkan bisnisnya, seperti selalu beradaptasi terhadap perkembangan trend, inovasi teknologi dan selalu berorientasi kepada pasar, serta melakukan riset berkala untuk memantau perkembangan bisnis baik dari sisi brand image maupun customer experience monitoring, serta mengembangkan budaya yang mendalam dan kokoh dimana setiap karyawan dapat membangun pola pikir yang berorientasi pada customer dan sales, memberikan brand differenation yang sangat kompetitif, menjalin kelancaran hubungan dengan karyawan dan konsumen, mempertahankan konsistensi hasil yang telah tercapai, yang pada akhirnya akan mewujudkan brand yang digemari oleh konsumen di dunia.
Ada tiga strategi bisnis yang dijalankan oleh Pizza Hut. Strategi pertama yaitu meluncurkan produk baru dengan menyajikan menu lengkap dan trendi, termasuk menciptakan berbagai pizza dan pasta rasa baru disertai aneka macam minuman. Kempleksitas dan ragam menu baru yang disediakan akan menjadikan proses pembuatan lebih lama dari biasanya. Karena itu, proses penyajian harus ditingkatkan kualitasnya. Untuk mempersingkat waktu penyajian, ada dua cara yang diupayakan. Cara pertama, berinvestasi di mesin – mesin produksi yang tepat dan cara kedua adalah menyingkat waktu penyajian dengan merekrut lebih banya karyawan.
Strategi kedua untuk merespon industri yang kompetititf, Pizza Hut memperluas sebaran penetrasi secara geografis. Dengan cara membangun lebih banyak gerai dengan atmosfer yang lebih bersahabat dan berkesan restoran keluarga. Strategi ketiga adalah meraih pelanggan baru dengan menawarkan berbagai paket makanan dengan harga terjangkau dengan tujuan membuat konsumen merasa senang dan ingin dating lagi.
Pizza Hut juga membenahi dari sisi people yang bertujuan untuk dapat berjalannya dengan baik ketiga strategi tersebut, Tim manajemen Pizza Hut menghabiskan banyak waktu untuk melatih karyawan yang tujuannya agar produk baru yang dibuat diimbangi dengan layanan baru, penyajian baru, dan kultur baru. Untuk karyawan yang bertugas melayani pelanggan, penampilan yang baik menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pelatihan bagi karyawan front office seperti waitress dan kasir juga ditingkatkan. Bagi pegawai wanita bahkan ada pelatihan kecantikan setahun sekali yang digelar di masing – masing restoran oleh ahli kecantikan.
Agar tercipta kultur pelayanan yang baik, cara melayani pelanggan juga dibakukan dengan nama 10 moment of truths yang diantaranya dengan memberi salam kepada konsumen, mencarikan meja, mempersilahkan konsumen untuk duduk, melayani pesanan, memberi tahu lamanya waktu tunggu, menindak lanjuti kedatangan (menghampiri meja konsumen secara berkala tanpa diminta untuk menanyakan kebutuhannya atau lebih dikenal dengan istilah double-checked), menawarkan menu penutup, menyiapkan bon tagihan dan mengucapkan terimakasih kepada setiap konsumen yang selesai makan.


Faktor – Faktor Eksternal yang menjadi alasan Pizza Hut menjalankan Tiga Strategi Bisnis yang Besar
Dalam perkembangan bisnisnya, Pizza Hut yang menjadi salah satu primadona makanan cepat saji di kalangan masayarakat tidak hanya mengandalakan factor internal yang sudah melopori kesuksesan bisnisnya. Namun, ada faktor – faktor eksternal yang juga ikut menggerakkan roda perekonomian bisnis Pizza Hut yang sampai sekarang masih tetap survive. Pertumbuhan pesat industri jasa makanan di belahan dunia, khususnya restoran cepat saji mengakibatkan adanya tantangan untuk para pebisnis dalam menawarkan produk makanan yang digemari masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Adanya tantangan pasar global semacam ini, mengakibatkan pebisnis Pizza Hut harus bisa mempertahankan keunggulan produknya dalam persaingan industry yang ketat. Penawaran terbaik yang dilakukan oeh Pizza Hut dalam memuaskan konsumen harus lebih unggul dibanding pesaing yang lain. Type of service yang dilakukan Pizza Hut berbeda dengan restoran makanan cepat saji lainnya yaitu dengan menggunakan ala carte service sehingga konsumen tidak perlu mengantri ke kasir untuk memesan menu yang ada.
Faktor demografis yang menyebabkan variasi penyebaran outlet pizza berada di berbagai Negara juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Budaya masing – masing Negara jelas berbeda, misalnya saja di Indonesia dengan Eropa, jumlah outlet Pizza Hut yang ada di Eropa lebih banyak dibandingkan di Indonesia. Hal ini desebabkan karena budaya orang – orang Eropa dalam memenuhi kebutuhan makanan pokok berbeda dengan budaya orang – orang di Indonesia. Makanan pokok orang Indonesia berupa nasi atau beras sedangkan di daerah Eropa adalah gandum atau roti. Sayuran yang digunakan dalam pembuatan toping pizza baru, disesuaikan dengan keinginan konsumen di setiap Negara. Tidak semua orang senang makan jagung dan tidak semua orang makan wortel. Namun produk jamur hampir selalu ada di setiap gerai Pizza Hut di seluruh dunia. Tradisi budaya yang menjadi kebiasaan di bebagai Negara memiliki perbedaan yang khas inilah yang mempengaruhi lingkungan suatu bisnis berkembang.
Dengan berkembang pesatnya Pizza Hut di berbagai belahan dunia, alasan ekonomi menjadi factor yang mendorong Pizza Hut bekerjasama dengan Pepsico. Kerjasama ini berhasil meraup keuntungan yang lebih besar bagi kedua belah pihak. Hingga Pizza hut dinobatkan sebagai “The Best Company to Work For” di Dallas by D magazine (Januari 2000) serta merupakan perusahaan nomor satu dalam rantai distribusi pizza di Amerika menurut Restaurant & Institutions “2001 Choice in Chains” survey. Pizza Hut juga dikenal sebagai pemimpin pasar dengan penjualan $25 milyar pizza category semenjak tahun 1971.
Kondisi persaingan yang semakin ketat juga mendorong pizza hut untuk berupaya mengenalkan merek (brand) produknya ke pasar global yang bertujuan agar merek patennya dikenal baik oleh konsumen, bahkan hingga familiar dengan merek Pizza Hut. Pengenalan merek ini akan sangat mempengaruhi niat beli konsumen. Merek Pizza Hut yang mampu mengembangkan citra kualitasnya menjadikan harapan konsumen tentang kualitas produk yang sama di semua tempat penjualan dengan merek yang sama. Merek dan kebijakan yang tidak konsisten akan menurunkan citra merek tersebut. Konsistensi dan standarisasi merupakan faktor yang kritis sehingga konsumen sering menjadi setia pada merek. Pizza Hut telah melakukan pengenalan dengan baik di wilayah pasarnya dengan kualitas yang sama sehingga manfaat utama pengenalan merek sebagai penciptaan pelanggan yang loyal dapat tercapai. Namun, pengenalan merek yang baik belum tentu dapat meningkatkan niat beli konsumen karena adanya pesaing restoran pizza yang lain.
Faktor teknologi yang memengaruhi pizza hut dapat bersaing di pasar global adalah adanya produk yang baru dengan menu yang lengkap dan harga yang standart. Tidak hanya pizza rasa baru yang ditawarkan di gerai Pizza Hut, namun ada menu baru yang bervariasi seperti pasta, salad, camilan seperti potato wedges, bruschetta, cake, soup dan variasi minuman baru. Hal ini tidak luput dari adanya teknologi baru yang akan selalu dikembangkan oleh Pizza Hut. Selain adanya teknologi baru, Pizza Hut juga memodifikasi teknologi pengolahan menu lama yang hampir hilang dari peredaran permintaan konsumen seperti modifikasi pizza seafoodlovers menjadi splitza. Pizza Hut tidak henti – hentinya dalam mengkreasikan teknologi inovasi pengolahan maupun pembuatan pizza. Semua ini dikarenakan untuk memepertahankan eksisternsi yang telah dicapai oleh Pizza Hut. Salah satu tekologi pengolahan Pizza Hut yang sampai sekarang masih digemari oleh konsumennya adalah stuffed crust. Selain, inovasi teknologi pengolahan, Pizza Hut juga menerapkan teknologi sistem informasi yang dapat menunjang daya saing, diantaranya adalah berinvestasi pada sistem Point of Sale dan operasi toko secara otomatis serta membuka toko secara on line (www.pizzahut.com) di jaringan internet. Teknologi sistem informasi ini dapat digunakan sebagai senjata untuk menjangkau konsumen dimana saja berada, sesuai dengan slogannya yaitu “to be wherever our customer are”.

sumber :  http://blog.ub.ac.id/hellaputri/2012/10/11/46/

No comments:

Post a Comment