Kunci kesuksesan Pizza Hut dapat
menembus pasar internasional merupakan hasil kerja keras yang didasari
empat nilai budaya kerja yaitu integritas, keunggulan, pengembangan
usaha dan keuntungan. Dalam membangun bisnisnya hingga mendunia Pizza Hut memiliki komitmen jangka panjang dalam mengembangkan bisnisnya, seperti selalu beradaptasi terhadap perkembangan trend,
inovasi teknologi dan selalu berorientasi kepada pasar, serta melakukan
riset berkala untuk memantau perkembangan bisnis baik dari sisi brand image maupun customer experience monitoring, serta mengembangkan budaya yang mendalam dan kokoh dimana setiap karyawan dapat membangun pola pikir yang berorientasi pada customer dan sales, memberikan brand differenation
yang sangat kompetitif, menjalin kelancaran hubungan dengan karyawan
dan konsumen, mempertahankan konsistensi hasil yang telah tercapai, yang
pada akhirnya akan mewujudkan brand yang digemari oleh konsumen di dunia.
Ada tiga strategi bisnis yang dijalankan oleh Pizza Hut. Strategi
pertama yaitu meluncurkan produk baru dengan menyajikan menu lengkap
dan trendi, termasuk menciptakan berbagai pizza dan pasta rasa baru
disertai aneka macam minuman. Kempleksitas dan ragam menu baru yang
disediakan akan menjadikan proses pembuatan lebih lama dari biasanya.
Karena itu, proses penyajian harus ditingkatkan kualitasnya. Untuk
mempersingkat waktu penyajian, ada dua cara yang diupayakan. Cara
pertama, berinvestasi di mesin – mesin produksi yang tepat dan cara
kedua adalah menyingkat waktu penyajian dengan merekrut lebih banya
karyawan.
Strategi kedua untuk merespon industri
yang kompetititf, Pizza Hut memperluas sebaran penetrasi secara
geografis. Dengan cara membangun lebih banyak gerai dengan atmosfer yang
lebih bersahabat dan berkesan restoran keluarga. Strategi ketiga adalah
meraih pelanggan baru dengan menawarkan berbagai paket makanan dengan
harga terjangkau dengan tujuan membuat konsumen merasa senang dan ingin
dating lagi.
Pizza Hut juga membenahi dari sisi people yang bertujuan untuk dapat berjalannya dengan baik ketiga strategi tersebut, Tim manajemen Pizza Hut menghabiskan
banyak waktu untuk melatih karyawan yang tujuannya agar produk baru
yang dibuat diimbangi dengan layanan baru, penyajian baru, dan kultur
baru. Untuk karyawan yang bertugas melayani pelanggan, penampilan yang
baik menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pelatihan bagi karyawan front office seperti waitress
dan kasir juga ditingkatkan. Bagi pegawai wanita bahkan ada pelatihan
kecantikan setahun sekali yang digelar di masing – masing restoran oleh
ahli kecantikan.
Agar tercipta kultur pelayanan yang baik, cara melayani pelanggan juga dibakukan dengan nama 10 moment of truths yang
diantaranya dengan memberi salam kepada konsumen, mencarikan meja,
mempersilahkan konsumen untuk duduk, melayani pesanan, memberi tahu
lamanya waktu tunggu, menindak lanjuti kedatangan (menghampiri meja
konsumen secara berkala tanpa diminta untuk menanyakan kebutuhannya atau
lebih dikenal dengan istilah double-checked), menawarkan menu penutup, menyiapkan bon tagihan dan mengucapkan terimakasih kepada setiap konsumen yang selesai makan.
Faktor – Faktor Eksternal yang menjadi alasan Pizza Hut menjalankan Tiga Strategi Bisnis yang Besar
Dalam perkembangan bisnisnya, Pizza Hut yang
menjadi salah satu primadona makanan cepat saji di kalangan masayarakat
tidak hanya mengandalakan factor internal yang sudah melopori
kesuksesan bisnisnya. Namun, ada faktor – faktor eksternal yang juga
ikut menggerakkan roda perekonomian bisnis Pizza Hut yang sampai sekarang masih tetap survive. Pertumbuhan
pesat industri jasa makanan di belahan dunia, khususnya restoran cepat
saji mengakibatkan adanya tantangan untuk para pebisnis dalam menawarkan
produk makanan yang digemari masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena
makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Adanya tantangan
pasar global semacam ini, mengakibatkan pebisnis Pizza Hut harus bisa
mempertahankan keunggulan produknya dalam persaingan industry yang
ketat. Penawaran terbaik yang dilakukan oeh Pizza Hut dalam memuaskan
konsumen harus lebih unggul dibanding pesaing yang lain. Type of service yang dilakukan Pizza Hut berbeda dengan restoran makanan cepat saji lainnya yaitu dengan menggunakan ala carte service sehingga konsumen tidak perlu mengantri ke kasir untuk memesan menu yang ada.
Faktor demografis yang menyebabkan
variasi penyebaran outlet pizza berada di berbagai Negara juga
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Budaya masing – masing Negara
jelas berbeda, misalnya saja di Indonesia dengan Eropa, jumlah outlet
Pizza Hut yang ada di Eropa lebih banyak dibandingkan di Indonesia. Hal
ini desebabkan karena budaya orang – orang Eropa dalam memenuhi
kebutuhan makanan pokok berbeda dengan budaya orang – orang di
Indonesia. Makanan pokok orang Indonesia berupa nasi atau beras
sedangkan di daerah Eropa adalah gandum atau roti. Sayuran yang
digunakan dalam pembuatan toping pizza baru, disesuaikan dengan
keinginan konsumen di setiap Negara. Tidak semua orang senang makan
jagung dan tidak semua orang makan wortel. Namun produk jamur hampir
selalu ada di setiap gerai Pizza Hut di seluruh dunia. Tradisi budaya
yang menjadi kebiasaan di bebagai Negara memiliki perbedaan yang khas
inilah yang mempengaruhi lingkungan suatu bisnis berkembang.
Dengan berkembang pesatnya Pizza Hut di
berbagai belahan dunia, alasan ekonomi menjadi factor yang mendorong
Pizza Hut bekerjasama dengan Pepsico. Kerjasama ini berhasil meraup
keuntungan yang lebih besar bagi kedua belah pihak. Hingga Pizza hut
dinobatkan sebagai “The Best Company to Work For” di Dallas by D
magazine (Januari 2000) serta merupakan perusahaan nomor satu dalam
rantai distribusi pizza di Amerika menurut Restaurant & Institutions
“2001 Choice in Chains” survey. Pizza Hut juga dikenal sebagai pemimpin pasar dengan penjualan $25 milyar pizza category semenjak tahun 1971.
Kondisi persaingan yang semakin ketat juga mendorong pizza hut untuk berupaya mengenalkan merek (brand)
produknya ke pasar global yang bertujuan agar merek patennya dikenal
baik oleh konsumen, bahkan hingga familiar dengan merek Pizza Hut.
Pengenalan merek ini akan sangat mempengaruhi niat beli konsumen. Merek
Pizza Hut yang mampu mengembangkan citra kualitasnya menjadikan harapan
konsumen tentang kualitas produk yang sama di semua tempat penjualan
dengan merek yang sama. Merek dan kebijakan yang tidak konsisten akan
menurunkan citra merek tersebut. Konsistensi dan standarisasi merupakan
faktor yang kritis sehingga konsumen sering menjadi setia pada merek.
Pizza Hut telah melakukan pengenalan dengan baik di wilayah pasarnya
dengan kualitas yang sama sehingga manfaat utama pengenalan merek
sebagai penciptaan pelanggan yang loyal dapat tercapai. Namun,
pengenalan merek yang baik belum tentu dapat meningkatkan niat beli
konsumen karena adanya pesaing restoran pizza yang lain.
Faktor teknologi yang memengaruhi pizza
hut dapat bersaing di pasar global adalah adanya produk yang baru dengan
menu yang lengkap dan harga yang standart. Tidak hanya pizza rasa baru
yang ditawarkan di gerai Pizza Hut, namun ada menu baru yang bervariasi
seperti pasta, salad, camilan seperti potato wedges, bruschetta, cake, soup
dan variasi minuman baru. Hal ini tidak luput dari adanya teknologi
baru yang akan selalu dikembangkan oleh Pizza Hut. Selain adanya
teknologi baru, Pizza Hut juga memodifikasi teknologi pengolahan menu
lama yang hampir hilang dari peredaran permintaan konsumen seperti
modifikasi pizza seafoodlovers menjadi splitza. Pizza
Hut tidak henti – hentinya dalam mengkreasikan teknologi inovasi
pengolahan maupun pembuatan pizza. Semua ini dikarenakan untuk
memepertahankan eksisternsi yang telah dicapai oleh Pizza Hut. Salah
satu tekologi pengolahan Pizza Hut yang sampai sekarang masih digemari
oleh konsumennya adalah stuffed crust. Selain, inovasi
teknologi pengolahan, Pizza Hut juga menerapkan teknologi sistem
informasi yang dapat menunjang daya saing, diantaranya adalah
berinvestasi pada sistem Point of Sale dan operasi toko secara otomatis serta membuka toko secara on line (www.pizzahut.com)
di jaringan internet. Teknologi sistem informasi ini dapat digunakan
sebagai senjata untuk menjangkau konsumen dimana saja berada, sesuai
dengan slogannya yaitu “to be wherever our customer are”.
sumber : http://blog.ub.ac.id/hellaputri/2012/10/11/46/
No comments:
Post a Comment