Monday, April 29, 2013

perusahaan sony

gaya manajemen perusahaan Jepang. sony Hal ini tidak lepas dari peranan industri dalam memajukan sektor ekonominya. Semua didasari semangak kaizen(berjuang) dan semangat samurai yang menjadikan suatu kemenangan sebagai harga mati dan harus dicapai. Ekonomi jepang tumbuh pada tahun 1950 an dan memuncak pada 1970 an. Banyak orang yang terkagum kagum oleh gaya manajemen Jepang ini, Karena gaya tersebut membuahkan kemakmuran yang dinikmati segenap rakyatnya. Ekonomi berkembang baik sehingga kesejahteraan hidup pun meningkat. Rakyatpun dapat menikmati hasil pembangunannya. Dan itu didasari perkembangan perusahaan perusahaan yang mengedepankan pemberdayaan karyawannya. Pada 1990, CEO Sony: Akio Morita dan tokoh parpol konservatif /gubernur Tokyo: Shintaro Ishihara, bersama sama membuat buku yang berjudul”That Japan That can say NO”. Buku ini berisi tentang penguasaan Jepang di kancah ekonomi Asia dan dunia, seharusnya diperhitungkan oleh beberapa korporasi negara negara industri barat. Perkembangan industri dunia pun mulai dipengaruhi oleh Jepang. Pernyataannya terbukti saat perusahaan jepang seperti JVC, Sony, Panasonic, Toyota , dll membanjiri amerika serta eropa. Pada dekade inilah, Perusahaan Jepang melakukan ekspansi besar besaran ke Amerika. Hal yang menarik adalah, rahasia mereka dalam berproses dan besikap di tiap perusahaan. Sehingga tiap perusahaan dapat mengatasi masalah finansialnya serta dapat berkekspansi ke negara negara barat. Rahasi itu ialah, tiap insan perusahaan Jepang selal mengaitkan identitas diri mereka pada identitas perusahaan tampat mereka bekerja. Tak ada lagi Identita rasisme maupun agama, mereke semua bangga menjadi suatu karyawan di suatu perusahaan. Dan mereka memiliki keyakinan bahwa tiap pekerjaan mereka sangatlah berguna bagi kemajuan perusahan. Sehingga para karyawan Jepang sangatlah senang jika kerja lembur serta malu jika tidak memberikan kontribusi yang berguna bagi perusahaan. Mereka rela bekerja hingga pagi hari, meskipun mereka tidak diberi uang lembur. Bagi mereka, apabila perusahaan itu maju, maka mereka akan mendapat bonusnya dan buahnya. Mereka pun menjadi sangat bangga terikat dalam suatu organisasi dan semakin loyal untuk bekerja di perusahaannya. Kemauan bangsa Jepang menjadi hamba perusahaannya adalah kunci kesuksesan dari Perusahan Jepang. Sikap ini ditunjukan dengan mengorbankan pendapat pribadi, gaji, waktu istirahat dan mementingkan musyawarah-mufakat. Semua mereka lakukan demi kemajuan perusahanannya. Berbeda dengan sikap di berbagai negara yang memberikan ruang luas bagi aspirasi tia anggotanya, yang ujung ujungnya membuat pertikaian dan bukannnya menyelesaikan suatu masalah perusahaan. Hal itu pun berujung pada masalah pribadi yang dikaitkan dengan masalah perusahaan, atau sebaliknya. Gagasan di perusahaan tetap diterima, namun dalam proses mufakat yang berujung pada kepentingan/ suara rakyat yang tepat dan benar. Sehingga seperti perusahaan Canon yang menghemat jutaan dollar dari 14000 gagasan. Buruh pun bisa melakukan ketidaksetujuan dan berdemo. Ini adalah suatu hal yang wajar untuk sebuah era demokrasi. Buruh di Jepang bisa melakukan mogok makan yang disebut dengan shunto. Namun, shunto hanyalah suatu tradisi untuk mendapat kenaikan gaji. Dan tidak pernah ada kericuhan karena tiap perusahaan Jepang selalu memberikan kesejahteraan bagi para pekerjanya. Pada akhirnya, secara garis besar, ada 3 pillar utama dalam manajemen perusahaan Jepang. 3 hal tersebut ialah: Sistemkerja seumur hidup pada satu perusahaan saja, senioritas, serta keadaan sosial perusahaan. link:http://consortium-bas.blogspot.com/2012/12/rahasia-manajemen-perusahaan.html

No comments:

Post a Comment